Ad Code

Responsive Advertisement

Konsep Buku Non Fiksi

PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI

Pertemuan Ke 15 Gelombang 21


Pertemuan Ke       : 15

Hari/Tanggal          : Jum’at, 05 November 2021

Tema                       : Konsep Buku Non Fiksi

Narasumber           : Musiin, M.Pd

Moderator               : Ms. Phia

Gelombang            : 21

 

Assalaamu ‘Alaikum Warahmatullahii Wabarakaatuh.

Jumpa lagi di blog Arham yang mengangkat resume Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 21 pertemuan ke 15, kali ini Ms. Phia membersamai dan mengendalikan pelatihan ini dan semua peserta wajib membuat resume yang akan dikirim melalui blog masing-masing.

 

Pendahuluan

Pada malam ini juga kita di fasilitasi narasumber seorang ibu yang sangat suka membaca, travelling dan memasak ini adalah seorang English Teacher yang juga adalah Founder Organisasi Masyarakat . Seorang ibu yang penuh ide, suka berinovasi dan semangat berbagi.

Beliau adalah Ibu Musiin. M. Pd. mari kita sempatkan untuk sejenak membaca biodata beliau.PASTI MENGINSPIRASI

Before we welcome Ibu Musiin, yang masih menyempatkan waktu untuk berbagi ilmu, walaupun ibunda beliau sedang sakit hari ini, mari kita panjatkan do'a agar ibunda dari ibu Musiin segera diberikan kesehatan seperti sediakala. Aamiin

 

Tentunya sudah tidak sabar untuk segera menyimak materi dari beliau kaan.  Kuliah tonight akan dibagi menjadi 4 sesi yaitu :

1. Opening

2. Pemaparan Materi

3. Discussion

4. Tutup

 

Pemaparan Materi

Saya adalah alumni kelas menulis Om Jay gelombang 8 yang juga mendapat kesempatan sekaligus tantangan menulis yang diberikan Prof. Eko. Kami bersembilan telah berhasil menaklukkan tantangan menulis Prof Eko dan buku kami telah berhasil dipajang di toko buku Gramedia secara online maupun offline. Buku karya saya berjudul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi.

Bapak Ibu yang luar biasa, ketakutan  yang saya rasakan ketika menulis buku adalah sebagai berikut:

1. Takut tidak ada yang membaca.

2. Takut salah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan.

3. Merasa karya orang lain lebih bagus.

Ketakutan itu yang sering kali membuat saya merasa konyol dengan hanya duduk berjam-jam di depan laptop, namun tidak menulis apapun.

Saya yakin Bapak Ibu tidak mempunyai perasaan yang saya rasakan.

Akhirnya saya singgah di Kelas menulis Om Jay dan bertemu dengan banyak penulis pemula dan pemateri hebat, salah satunya adalah Prof Eko.

Saya juga menjadi peserta seperti halnya Bapak Ibu saat ini. Di awal masuk kelas Om Jay, saya bahkan belum mempunyai blog. Kelas ini yang mengharuskan saya mempunyai blog untuk wadah menulis.

Dan cahaya untuk berkarya berasal dari diri saya sendiri. Saya yang minder untuk menulis, menjadi berani untuk menulis. Kegiatan menulis ternyata sangat menyenangkan.

Prof. Eko saya ibaratkan sebagai seorang Master  Chef  yang memberi kita banyak pilihan bahan masakan yang bisa kita olah menjadi berbagai jenis hidangan. Pilihannya ada pada diri masing-masing peserta. Bahan masakan yang disediakan Prof Eko, bisa kita peroleh di Prof EKOJI Channel.  Seperti yang disampaikan Prof Eko, Bapak Ibu bisa menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita,  atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan. Saya memiliki buku, Bapak Ibu juga memiliki buku, NAMUN buku tersebut MASIH belum lahir.

Berapa ratus purnama telah kita lalui, berapa banyak kejadian entah itu pahit atau manis  mengukir perjalanan  hidup kita. Jadi,  semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak.

Atau hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja atau hanya dalam bentuk obrolan atau cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak keabadian.

Atau hanya jadi status whatsapp atau jadi instastory yang berlalu begitu saja.

Bapak Ibu yang hebat, menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan yang dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip . Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS.

Sebelum menulis buku, Bapak ibu harus menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis.

Alasan saya ingin menjadi penulis adalah sebagai berikut:

1)    Mewariskan ilmu lewat buku.

2)    Ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline.

3)    Mengembangkan profesi sebagai seorang guru.

Kutipan terkenal dari Imam  Ghazali dan Pramoedya Ananta Toer menjadi penguat mengapa saya ingin menjadi penulis.


Keinginan kuat  ternyata mengantarkan ke hukum tarik menarik di alam semesta ini. Hukum Tarik-Menarik dalam rahasia alam ini mengatakan bahwa kemiripan menarik kemiripan.  Pikiran menjadi penulis mengantarkan saya mengikuti kelas-kelas menulis (salah satunya kelas Om Jay dan  tantangan menulis selama 1 minggu bersama Prof. Eko.

Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni :

  1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit). Contoh: Buku Pelajaran. 
  2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan
  3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara).

Pola yang saya pakai dalam menulis buku Literasi Digital Nusantara adalah pola ketiga yakni Pola Klaster.

Proses penulisan buku terdiri dari 5  langkah, yakni

1. Pratulis

2. Menulis Draf

3. Merevisi Draf

4. Menyunting Naskah

5. Menerbitkan

 Langkah Pertama

 Pratulis

1.         Menentukan tema

2.         Menemukan ide

3.         Merencanakan jenis tulisan

4.         Mengumpulkan bahan tulisan

5.         Bertukar pikiran

6.         Menyusun daftar

7.         Meriset

8.         Membuat Mind Mapping

9.         Menyusun kerangka

Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll.

Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya

1.         Pengalaman pribadi

2.         Pengalaman orang lain

3.         Berita di media massa

4.         Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram

5.         Imajinasi

6.         Mengamati lingkungan

7.         Perenungan

8.         Membaca buku

Semua hal di sekitar bisa menjadi inspirasi Bapak Ibu untuk menulis sebuah buku.

Tema yang saya angkat di buku saya adalah pendidikan. Ide berasal dari berita di media massa,  mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020.

Referensi berasal dari data dan fakta yang saya peroleh dari literasi di internet. Pada saat saya menulis di awal pandemi Covid-19, jadi semua referensi berasal dari internet.

Referensi berasal dari data dan fakta yang saya peroleh dari literasi di internet.

 

Referensi terdiri dari :

1. Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;

2. Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;

3. Pengalaman yang diperoleh sejak bal i ta hingga saat ini ;

4. Penemuan yang telah didapatkan.

5. Pemikiran yang telah direnungkan

 

Tahap berikutnya membuat kerangka.Kerangka ini saya ajukan ke Prof. Eko dan disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan.

BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia

A.        Pembagian Generasi Pengguna Internet

B.        Karakteristik Generasi Dalam Berinternet

BAB 2 Media Sosial

A.        Media Sosial

B.        UU ITE

C.        Kejahatan di Media Sosial

BAB 3 Literasi Digital

A.        Pengertian

B.        Elemen

C.        Pengembangan

D.        Kerangka Literasi Digital

E.        Level Kompetensi Literasi Digital

F.         Manfaat

G.        Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi

H.        Kewargaan Digital

 

BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara

A.        Keluarga

B.        Sekolah

C.        Masyarakat

BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62

A.        Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia

B.        Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia

C.        Membangun Digital Mindset Warganet +62

 

 

Ini adalah daftar isi buku yang saya tulis.

Dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat, saya mengikuti nasihat Pak Yulius Roma Patandean di Channel beliau (https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be)

Pak Yulius juga merupakan alumni gelombang 8 dan saya yakin beliau juga akan memberikan materi kepada Bapak Ibu.  Langkah beliau sangat mujarab untuk menulis sebuah buku. Dengan mengikuti langkah beliau, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal. Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis.

Berikut ini adalah susunan anatomi buku nonfiksi.

Anotomi Buku

1.         Halaman Judul

2.         Halaman Persembahan (OPSIONAL)

3.         Halaman Daftar Isi

4.         Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)

5.         Halaman Prakata

6.         Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)

7.         Bagian /Bab

8.         Halaman Lampiran (OPSIONAL)

9.         Halaman Glosarium

10.       Halaman Daftar Pustaka

11.       Halaman Indeks

12.       Halaman Tentang Penulis

Langkah kedua

Menulis Draf

1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas

2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

Langkah ketiga

Merevisi Draf

1.         Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian

2.         Memeriksa gambaran besar dari naskah

Langkah keempat

Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI)

1. Ejaan

2. Tata bahasa

3. Diksi

4. Data dan fakta

5. Legalitas dan norma

Pertanyaan yang muncul pasti apakah tidak ada hambatan ketika menulis ? Banyak sekali Bapak Ibu hambatan yang menghadang.

Hambatan-hambatan dalam menulis :

1.  Hambatan waktu

2.  Hambatan kreativitas

3.  Hambatan teknis

4.  Hambatan tujuan

5.  Hambatan psikologis

Akan timbul pertanyaan Bagaimanakah cara mengatasinya ?

1. Banyak membaca

2. Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber.

3. Disiplin menulis setiap hari.

4. Pergi ke pasar dan memasak. Ini menjadi mood booster untuk menulis lagi (kebetulan saya hobi memasak)

Demikian sharing pengalaman dari saya. Semoga ilmu yang sedikit ini bisa membantu Bapak Ibu menaklukkan tantangan untuk menulis buku non-fiksi.

Om Jay telah mengajarkan sesuatu yang sangat berharga dengan menulis setiap hari di blog. Ini adalah bagian dari menyatukan sesuatu yang tercecer dan pasti akan menjadi sangat menarik karena berdasarkan apa yang kita alami dan kita rasakan. Status yang kita tulis adalah refleksi dari apa yang kita rasakan, dan ini akan menjadi sesuatu yang bermakna jika berupa buku.

 

“ Tak ada kata Malas untuk menulis apa saja setiap hari, karena dengan kebiasaan akan  menjadi suatu karya “

 

Silahkan berkunjung ke Blog saya, sebelum di skype jangan lupa saran dan kritikan untuk perbaikan penulisan blog selanjutnya

Terima Kasih

Wassalaamu ‘Alaikum Warahmatullahii Wabarakaatuh.

Salam Blogger

Salam Literasi


Penulis
Arham, S.Pi.,Gr
SMK Negeri 1 Banawa Selatan
Kabupaten Donggala
Sulawesi Tengah





Posting Komentar

3 Komentar

Ms.Phia/Pro mengatakan…
Mantaap resume nya lengkap
murniasihteagurubelajar mengatakan…
Resume yang lengkap..siip