Kembali
Helwiyah akan membersamai pelatihan ini selama durasi 2 x 60 Menit Via WhatsApp
dan Pada pelatihan BM Pertemuan ke 22 ini kita akanmembahas dan menguak rahasia
“Dapur” dari Penerbit Andi langsung dari Publishing Consultantnya
Penerbit Andi yaitu Bapak Edi S. Mulyanta, S.Si, M.T. dan juga
selaku Narasumber.
Moment
pertemuan ke 22 Ini sebaiknya dimanfaatkan oleh peserta untuk membedah dalam
bentuk share informasi agar kita mendapatkan informasi untuk mempublish
karya-karya tulisan kita.
Era
covid 19 ini memang cukup berat bagi semua penerbit, baik penerbit skala kecil
hingga penerbit mayor. Semua berlomba untuk hanya sekadar bertahan hidup, dari
terpaan covid yang tanpa mengenal pandang bulu serta berimbas ke berbagai
sektor. Sejak Maret 2019, penerbit-penerbit berusaha dengan berbagai cara untuk
bertahan dan mencoba tetap eksis dengan berbagai cara.
Hal
tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi
mereka ke arah yang lebih up to date,
menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan
dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak dapat
mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas terbitan bukunya, akhirnya berimbas pula ke
jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku
mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD
(Ujung-ujungnya Duwit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara
otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah
haluan ke usaha yang lain.
Pada
dasarnya konsep penerbitannya sama, yaitu mempublikasikan hasil tulisan dari
penulis yang menjadi mitranya.
Konsep
dasar penerbitan adalah sebagai berikut :
1)
Tugas
dari penerbitan adalah memberikan layanan industri, dalam menerbitkan atau mempublikasikan
hasil tulisan karya tulis dari penulis.
2)
Penerbit
hanyalah Intermediary atau perantara dalam proses publikasi sebuah tulisan.
Tugas penerbit adalah menghasilkan keuntungan dalam setiap terbitannya.
3) Yang
membedakan jenis penerbit adalah jumlah atau skala produksi setiap penerbit
yang tergabung dalam anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) tersebut.
Skala
produksi ini tercermin dalam ISBN setiap buku yang diterbitkan oleh penerbit
tersebut. Melalui ISBN ini dapat diketahui penggolongan skala produksi buku
yang dihasilkan setiap tahunnya.
ISBN
dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional, yang diberikan hak oleh negara untuk
memberikan nomor-nomor yang dikuasainya tersebut untuk dibagikan kepada
penerbit di Indonesia.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjbT-1zKb-NPGpohJegH39STkp84Srx0-FtzuPVY5ezsfIiRdocgSw_R8rwHukV-D0NNq6xyzT4usg9Vy1UBUGh76FL3lqU54zX7Gcr83WRp8iCBF_eTYLUqJxXHtrWFqpD4E4513GgbZf49JdS02kohG8aPnT1AYzxvUg___yZAhkI6Tf-BwuH0VVeaw=s320)
Angka
di publication element tersebut adalah jumlah produksi buku yang dapat
dilakukan oleh penerbit tersebut. Melalui angka ini terlihat berapa kekuatan
produksi buku yang diterbitkan oleh sebuah penerbit. Secara materi terbitan,
sebenarnya tidak ada bedanya antara penerbit mayor dan minor. Hanya terkadang
penerbit tertentu memilih spesialisasi pada Genre tertentu untuk lebih fokus
dalam produksi maupun pemasarannnya.
Kondisi
pandemi membawa dampak yang sangat besar bagi dunia penerbitan. Sehingga para
penerbit memutar otak untuk mencari hal-hal yang up to date untuk bertahan
hidup. Kurang lebih tugas dari penerbitan adalah memberikan layanan industri,
dalam menerbitkan atau mempublikasikan hasil tulisan karya tulis dari penulis.
Penerbit menjadi perantara publikasi antara penulis dengan konsumen.
Sistem
di setiap penerbit hampir sama, hanya saja letak perbedaan di jumlah produksi
juga biasanya di penerbit tertentu ia hanya menerima satu genre tertentu saja.
Jumlah produksi yang cukup besar dilakukan oleh penerbit mayor membuat penerbit
mayor memiliki saluran pemasaran yang cukup beragam yang sering disebut Omni
Channel Marketing juga outlet di Toko Buku. Omni Channel Marketing adalah
stretegi lintas platform, misalkan Penerbit Andi memiliki instagram, lalu dalam
link bio instagramnya dicantumkan link pembelian buku-buku dengan menggunakan
banyak platform penjualan seperti link penjualan di beberapa marketplace,
website, google book, dan lain sebagainya. Terlebih adanya pandemi ini membuat
pemasaran melalui toko buku harus mengalami kemunduran yang drastis.
Media
promosi baru bermunculan di masa pandemi yaitu melalui webinar, podcast, IG
live, Wa grup, dan lain-lain. Walau sebenarnya buku cetak masih menjadi
primadona bagi para pembaca untuk sarana memperluas wawasan juga mengatasi
kebosanan di kala pandemi. E-book pun mengalami perkembangan dalam dunia
penulisan. Selama dua tahun ini semangat untuk bertahan hidup tidak hanya
dialami oleh penerbit, tetapi juga para penulis.
Semangat
menulis masih sangat luar biasa dengan banyaknya naskah-naskah tulisan yang
masuk ke penerbit andi. Keadaaan ini kurang diimbangi dengan penurunan
penjualan buku. Sehingga dari pihak penerbitanpun harus memiliki rem dalam
proses produksi dan memperkencang strategi. Salah satu strategi yang dilakukan
penerbit Andi adalah melakukan seleksi materi buku yang menarik yang dihasilkan
penulis, juga menabung naskah.
Menabung
naskah, adalah strategi dalam menghadapi pandemi, walaupun ada hal yang harus
dikorbankan yaitu proses cetak fisik buku yang terkendala. Hal ini kami siasati
dengan menerbitkan E-Book untuk mempercepat proses penerbitan sebuah buku. Jika
ada kendala dalam pencetakan buku, maka akan dialihkan menjadi e-book. E-book
merupaan sarana buku digital yang masih sangat baru, sehingga bisnis e-book
belum bisa mengangkat proses distribusi perbukuan dibandingkan buku cetak.
Penerbit
Andi memantau, buku cetak masih akan tetap eksis, hanya saja proses
pemasarannya yang harus mengikuti perkembangan zaman. Sedangkan e-book tetap
akan menjadi hal yang menarik dengan konsep praktis, ramah lingkkungan, dan
menjanjikan keterbukaan dalam menerima media-media lain sebagai penyangganya.
Google salah satu yang sigap melihat perkembangan e-book di masa mendatang
dengan membuka konsep google books. Ditambah lagi konsep metaverse yang diusung
facebook, yang akan membuat dunia digital semakin kaya dan konsep buku secara
fisik akan semakin kecil.Melihat gambaran di atas, menjadikan dunia penerbitan
harus segera dan cepat dalam menguasai teknologi.
Sebenarnya
kondisi ini tidak hanya untuk penerbit, tetapi juga penulis. Sebagai penulis
yang memahami teknologi dengan memberdayakan platform blog, youtube channel,
twitter, podcast, bahkan tiktok yang dijadikan sebagai sarana promosi
tulisanya. Penulis dengan pengaruh yang besar dalam dunia digital membuat
penerbit tidak mampu menolak karyanya. Sehingga indikator penerbit menerima
atau menolak naskah penulis, bukan hanya dari kualitas tulisannya saja tetapi
juga ada faktor background si penulis dalam mempromosikan karyanya.
Kedepannya
persaingan tidak hanya antara penerbit mayor dan penerbit minor, tetapi juga
penulis itu sendiri. Sebagai contoh Tere Liye yang dapat memproduksi sendiri
tulisannya memalui google books. Penulis dapat dengan cerdik mengatur mana
karya tulisnya yang akan dikolaborasikan kepada penerbit, mana yang akan ia
produksi sendiri. Semua akan bisa saling berjalan bersamaan tanpa merugikan tetapi
saling mewarnai dunia penerbitan, penulisan juga menjadi pilihan yang beragam
bagi penikmat buku.
Selain
membahas dapur penerbitan, Narasumber juga memberikan masukan kepada kita
calon-calon penulis, diantaranya :
👉Pelajari
karakteristik penerbit dengan melihat hasil terbitannya. Karena setiap
penerbit memiliki kekhasan masing-masing.
👉Cobalah
menulis di Wattpad, follower pembaca di aplikasi ini dipantau oleh
penerbit-penerbit mayor.
👉Jika
ingin menyasar penerbit minor juga bisa. Dikarenakan adanya persyaratan
kenaikan jabatan dengan adanya buku yang dihasilkan menjadikan target
pasar bagi penerbit minor ini.
👉Jagalah
kejujuran dan idealisme diri dalam penulisan, serta pelajari berbagai
genre tulisan penulis lain
Ke
depan materi tulisan tidak akan melulu dijadikan alasan penerbit dalam
menerbitkan buku, akan tetapi kemampuan penulis dalam membantu mempromosikan
tulisan lah yang menjadi primadona penulis-penulis baru. Persaingan penerbit
akan semakin keras, tidak memandang penerbit mayor maupun minor. Hal ini karena
ke depan proses penerbitan bisa dilakukan sendiri oleh penulis. Lihat saja bang
Tere Liye yang dapat memproduksi sendiri tulisannya melalui Google Books.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiBopRRF69-DW_hn4xuHd5gK1QR0XyYG44dUsqmjdyfglE291jrTyrNyiS4kxM8NYtBzW7eKlVI-THDpuakaBIQusBikBp2K8fDkh6sH8sC_mvZo7K56nO1VtLbgPo_mvF01t-VASxBPQg6Hh5Zy0U9zNGyln86fDq_cyLwE2sg0ySaXmFALBjQYu-qBQ=s320)
Memang
Genre tertentu penulis dapat bermain sendiri memproduksi bukunya. Pintar-pintar
penulis dalam mengelola tulisannya. Ada yang dapat dikerjakan sendiri, ada
dapat berkolaborasi penerbit baik minor maupun mayor. Semua akan jalan di
jalannya masing-masing dan tidak akan saling berebut akan tetapi tetap
menghasilkan keuntungan.
Akhirnya,
semua unsur Dunia penerbitan akan menjadi lebih berwarna dan saling
menguntungkan dari penulis, penerbit, hingga pembaca buku dengan terbentuknya
dunia digital yang cukup menjanjikan ke depannya.
Jangan
segan-segan bapak ibu menawarkan tulisannya ke berbagai skala penerbit, karena
saat ini konten adalah raja-nya sehingga penerbit memerlukan kesegaran konten
yang dapat dikembangkan menjadi komoditas yang menguntungkan.
Pelajari
karakteristik penerbitnya, dengan melihat hasil-hasil terbitannya. Setiap
penerbit mempunyai kekhasan sendiri-sendiri. Penulis adalah makhluk bebas, yang
dapat menawarkan ke semua penerbit. Tinggal kepintaran bapak ibu sekalian dalam
mengatur strategi, kemampuan, dan memilah serta memilih penerbitan.
Kita
dimotivasi agar mencoba menuliskan di aplikasi Wattpad, follower pembaca bapak
ibu di situ biasanya dipantau oleh penerbit-penerbit mayor. Penerbit minor,
juga tidak kalah kreatifnya dalam menjaring penulis. Dengan banyaknya
syarat-syarat kenaikan pangkat guru, dosen, hingga guru besar, menjadikan
penerbit-penerbit saling bersaing mengisi peluang tersebut. Hal yang penting
sebagai penulis adalah, jaga kejujuran, jaga idealisme, dan selalu belajar dari
berbagai genre tulisan orang lain. Mengukur diri, dan menyesuaikan dengan
kemampuan diri, menguliknya akan menjadi daya tawar yang baik bagi tulisan
bapak ibu saat ditawarkan ke penerbit.
Ke
depan persaingan penerbit tidak hanya antarpenerbit akan tetapi dengan
digitalisasi yang menjadikan persamaan derajat antara penulis, penerbit,
penyalur, dan pembaca buku.
Penerbit
mayor saat ini tidak kekurangan naskah untuk diterbitkan, hanya kekurangan
likuidasi dalam memproses naskahnya menjadi sebuah tulisan atau media lain ke
pembaca. Sehingga saat ini yang menjadi masalah adalah media apa yang sesuai
dalam mendukung sebuah terbitan buku.
Diakhir
pertemuan Narasumber berharap semoga dapat memberikan sedikit gambaran, bagaimana
penerbit tetap bertahan dalam gempuran jaman yang semakin tidak terpredisi
seperti sekarang ini.
Demikian
Resume singkat ini semoga pengunjung blog dapat meninggalkan jejak kritik saran
yang sifatnya konstruktif. Teruslah berkarya jangan ragu apa yang akan kita
lakukan, teruslah menulis agar karya tulisan kita bisa tembus ke dapur Penerbit
Mayor.
Wassalaamu
‘Alaikum Warahmatullahii Wabarakaatuh.
Salam
blogger
Salam
Literasi
Arham
Donggala
Sulawesi Tengah
0 Komentar