Ad Code

Responsive Advertisement

Menulis Dikala Sakit

PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI GELOMBANG 21 DAN 22

Pertemuan Ke 19 


Assalaamu ‘Alaikum Warahmatullahii Wabarkaatuh
Salam blogger
Salam Literasi

Kembali lagi di blog saya dengan mengangkat resume yang dirangkum sesuai dengan tata Bahasa yang sederhana dan mudah di pahami. Pada group Pelatihan Belajar menulis Gelombang 21 dan 22 kembali Hasima Abdi Putri, SS akan membersamai pertemuan ini sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Narasumber kita malam ini Suharto, S.Ag.,M.Pd akan memberikan paparan materi yang bertemakan Menulis Dikala Sakit.

Penulis kagum dan bangga atas prinsif dan semangatnya luar biasa meskipun tubuh dan raga sedang sakit yang tak henti-hentinya selalu menulis dengan kondisi tersebut.
Sekilas profil narsum kita adalah :
Nama          : Suharto, S.Ag., M.Pd
Panggilan    : Narsum
Mengajar    : di MTsN 5 Jakarta
 
Beberapa karya Buku Ontologi :
1.          Bukan guru biasa (2016)
2.          Guru inspiratif (2020)
Buku Solo : 
1.          Mengejar Azan (2018)
2.          GBS Menyerangku (2020)
3.          Menjadi pribadi unggul (2020)
4.          Kompilasi Kisah Inspiratif (2021)
5.          Belajar tak bertepi (2021)
6.          Aisyeh menunggu cinta (2021)
7.          Menepis kesulitan menulis (2021)

Mengutif dari sebuah peribahasa bahwa "Pengalaman adalah guru terbaik", begitulah bunyi kalimat yang sangat memotivasi dan sering kita dengar. Beranjak dari kisah ini yang dimulai dari keinginan Narsum untuk menulis. Beliau sudah membeli buku-buku tentang menulis, mengikuti pelatihan menulis juga; pelatihan menulis jurnal. Tetapi Narsum masih merasa bingung untuk memulai tulisannya. Narsum pernah ikut menulis, tetapi feedback dari tulisan itu dianggap kering dan kaku gaya penulisannya. Narsum mengakui ia kesulitan merangkai kata menjadi kalimat yang indah engan diksi yang pernuh sarat dan hikmah. Tetapi beliau tidak patah semangat loh. 

Narsum mengikuti kegiatan membaca di hari Selasa bersama murid-muridnya pada kegiatan Literasi Sekolah. Hal ini yang membuat Narsum hobi membaca. Selain kegiatan membaca, Narsum dan murid-muridnya mulai menulis buku, sehingga muncullah buku antologi. Ketertarikan menulis semakin membara, hingga Narsum memutuskan mencari lembaga penulisan. Dapatlah sebuah pelatihan menulis KSGN di wisma UNJ. Pelatihan ini yang mempertemukan Narsum dengan Omjay, Pak Dedi dan Narsum hebat lainnya.

Melalui pelatihan-pelatihan ini Narsum mulai mengetahui cara menulis. Terlebih pada pelatihan yang digagas Omjay lebih diarahkan menulis setiap hari, dimulai dari hal-hal yang ada di sekitar, hal yang sederhana dan dikuasai. Juga ditambah dengan jargon "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi", semakin membuat beliau semakin semangat menulis. Di tahun 2016 hadirlah buku antologi pertama Narsum "Bukan Guru Biasa" pada tahun 2016.


Narsum kembali berguru dengan Grup Media Guru sehingga menghasilkan buku solo pertama yang berjudul "Mengejar Azan (2016). Buku ini berkisah tentang perjalanan menuntut ilmu.



Tetapi takdir Yang Maha Kuasa menguji kehidupan Narsum yang luar biasa semangat ini. Allah SWT telah menakdirkan Narsum mengalami Guillain Barre Syndrom (GBS) yang merupakan penyakit autoimun langka. Biasanya imun yang melindungi tubuh dari serangan penyakit tetapi orang dengan GBS justru imunnya menyerang saraf perifer yang berfungsi sebagai pengendali gerak tubuh (sumber halodoc.com).

GBS ini membuat tubuh Narsum yang tinggi dan gagah ini menjadi lumpuh total tidak berdaya, hanya menyisahkan mata, telingan dan otak yang masih bekerja. Untuk bernafaspun Narsum mengalami kesulitan. Bahkan jika penanganan yang Narsum dapati terlambat, bisa merenggut nyawanya. GBS membuat beliau satu setengah bulan dirawat di ICU, tiga bulan dirawat di HCU, dan dua minggu di ruang rawat inap biasa. Narsum pulang kerumah dalam kondisi lumpuh, selama satu tahun tidak dapat bergerak. Setelah perawatan satu tahun di rumah, sedikit-demi sedikit mulai bisa menggerakkan tangan. Enam bulan kemudian tangan kiri mulai berhasil menyentuh wajah, lalu disusul dengan tangan kanan yang mulai dapat digerakkan. Jari-jari tangan masih kaku, belum dapat menggenggam sesuatu. Selama satu setengah tahun Narsum terbaring di kasur dan tidak bersentuhan dengan dunia luar sama sekali bahkan mengisolir diri.

Sebuah titik balik tercipta dari ketidaksengajaan yang Allah izinkan. Suatu hari Handphone istri Narsum tertinggal, dengan bantuan asisten rumah tangganya, Narsum mulai membuka kunci handphone istrinya itu, BERHASIL. Sepulang istrinya dari sekolah, Narsum meminta istrinya untuk membelikan handphone dan simcard baru. Alhamdulillah dengan adanya handphone di sisinya saat itu, Narsum merasa hidup kemballi. Beliau mulai mengakses Facebooknya. Facebook adalah wadah yang Narsum gunakan untuk menuliskan kisahnya. Kondisi saat itu Narsum masih belum bisa menggenggam handphonenya. Beliau menggunakan jari tengahnya, jari terpanjangnya untuk memencet huruf-huruf yang ada di handphonenya. 

Tulisan Narsum di facebook mendapatkan banyak tanggapan, simpati, dan do'a, serta semangat dari pembacanya. Hal ini mendatangkan ide, yaitu ingin menuliskan sesuatu yang bermafaat bagi teman facebooknya. Beliau mulai menuliskan semua hal yang beliau lihat, dengar dan rasa. Tulisannya juga berupa motivasi hidup dan penyakit GBS yang deritanya. Di segala waktu ia gunakan untuk menulis. Saat menunggu berobat ke dokter, saat menunggu terapi, saat tiduran di rumah juga digunakannya untuk menulis. 




Situasi Kondisi dikala sakit Dokumentasi Suharto, M.Pd 

Kegiatan menulis ini menjadi pengalih rasa sakit Narsum. Ternyata mengetik dihandphone merupakan bagian dari terapi saraf motorik tangannya. Semangat sehat juga menajdai motivasi sehingga berangsur-angsur kesehatan Narsum membaik. Di awal Narsum menulis sambil tiduran berangsur-angsur Narsum dapat duduk dan menulis ia lakukan di kursi rodanya.

Pada suatu hari Omjay menghubungi Narsum untuk ikut pelatihan menulis. Dengan keterbatasan kesehatan, dimana leher Narsum masih menggunakan alat trakeastomi dan hidung masih menggunakan NGT, beliau menjawab tantangan dari Om Jay. Jika tubunya sedang enakan beliau ikut pelatihan, jika sedang kurang sehat beliau izin tidak mengikuti pelatihan, tetapi tetap merekam materi pelatihan untuk dibuatkan resumenya saat tubuhnya enakan.

Kalimat ajaib Om Jay "menuliskah setiap hari dan lihatlah apa yang akan terjadi" memang mujarab dirasakan oleh Narsum. Semangat mengikuti pelatihan menulis ini, beliau coba tularkan kepada orang-orang di sekitarnya. Beberapa teman-temannya mengikuti pelatihan menulis ini bahkan muridnya pun juga ada yang bergabung dan bersama-sama mereka melahirkan karya-karya tulisan berupa buku. Bahagia yang Narsum rasa adalah ketika banyak orang yang termotivasi dari dirinya. Padahal Narsum sendiri merasa sangat lemah dengan kondisinya yang sakit ini.

Apakah proses menulis ini mudah bagi Narsum ? Tentu saja tidak, dengan situasi dan kondisi fisik yang lumpuh pastilah semua terasa sulit. Namun semangat Narsum yang juga didukung oleh keluarganya menjadi alasan terbesarnya untuk terus berjuang. Memegang buku untuk dibaca bukan perkara mudah bagi Narsum saat itu. Saat kondisi tubuhnya membaik, ia juga belajar untuk mengoperasikan laptopnya. Pada awal Narsum mengoperasikan laptopnya, sudah pasti beliau kesulitan, namun bukan Narsum namanya jika menyerah. Laptop itu Narsum gunakan untuk mengumpulkan hasil tulisannya di blog dan facebook yang akan ia bukukan. Usaha Narsum tidak hanya selesai dengan menyatukan tulisannya saja, tetapi beliau juga belajar mempertajam tulisannya kepada Pak Akbar Zaenudin (penulis buku man jadda wajadda). Sehingga lahirlah buku motivasi yang berjudul GBS menyerangku (2020).


Dokumentasi Narsum menyerahkan 12 bukunya untuk memotivasi untuk menulis
 

Pengalaman Narsum menulis dalam kondisi sakitnya ini mendapatkan banyak tanggapan dari orang-orang di sekitarnya. Mulai dari apresiasi, salam semangat, menjadi narasumber di beberapa pelatihan hingga kunjungan dari para youtuber untuk berjumpa dan berbagi pengalaman pada kanal youtube mereka. Berikut link youtube jika ada yang ingin melihat wawancara Narsum silahkan berkunjung dengan mengklik link : 

👉  https://youtu.be/qhzk01Z7y4w    

👉  https://youtu.be/tVSJLPutgtU

👉  https://youtu.be/fjpPK_w0Bew dan 

👉 https://youtu.be/uye6FLj30GU 

Saat ini kondisi Narsum sudah berangsur membaik. Narsum ingin melatih suaranya yang saat ini masih kurang terdengar dengan jelas. Hal ini Narsum lakukan agar semakin optimal saat nanti ditawarkan menjadi pembicara saat mengisi pelatihan. Narsum terus mengembangkan penulisannya, dengan melatih penulisan puisi, pantun, dan cara membuat cover buku. Narsum masih akan berlatih cara membuat layout buku hingga belajar cara menjadi penerbit, dengan harapan ingin menjadi penerbit mayor. Kita doakan cita-cita Narsum ini terwujud ya para pembaca Tulisan Mulyanita. 

Sebagai Closing Statement Narsum menitipkan kata “Menulis itu sebuah keterampilan, tak ubahnya seperti keterampilan pada umumnya. Agar menjadi terampil dibutuhkan latihan terus-menerus. Begitu juga dengan menulis “.

Resume singkat ini cukup menggugah hati dan perasaan penulis, dan Yakini bahwa situasi dan kondisi tubuh tidak akan mempengaruhi semangat untuk menulis dan terus berkarya.

Semoga kita semua terinspirasi untuk terus berbuat dan lihat hasilnya setelah apa yang kita perbuat.


Wassalaamu ‘Alaikum Warahmatullahii Wabarakaatuh

Salam Blogger

Salam Literasi

 

Arham, S.Pi.,Gr

 





Posting Komentar

0 Komentar