PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI GELOMBANG 21 DAN 22
Pertemuan Ke 19
Salam blogger
Salam Literasi
Sekilas profil narsum kita adalah :
Nama : Suharto, S.Ag., M.Pd
Panggilan : Narsum
Mengajar : di MTsN 5 Jakarta
1. Bukan guru biasa (2016)
1. Mengejar Azan (2018)
Narsum kembali berguru dengan Grup Media Guru sehingga menghasilkan buku
solo pertama yang berjudul "Mengejar Azan (2016). Buku ini berkisah
tentang perjalanan menuntut ilmu.
Tetapi takdir Yang Maha Kuasa menguji kehidupan Narsum yang luar biasa
semangat ini. Allah SWT telah menakdirkan Narsum mengalami Guillain Barre Syndrom (GBS)
yang merupakan penyakit autoimun langka. Biasanya imun yang melindungi tubuh
dari serangan penyakit tetapi orang dengan GBS justru imunnya menyerang saraf
perifer yang berfungsi sebagai pengendali gerak tubuh (sumber halodoc.com).
GBS ini membuat tubuh Narsum yang tinggi dan gagah ini menjadi lumpuh total tidak berdaya, hanya menyisahkan mata, telingan dan otak yang masih bekerja. Untuk bernafaspun Narsum mengalami kesulitan. Bahkan jika penanganan yang Narsum dapati terlambat, bisa merenggut nyawanya. GBS membuat beliau satu setengah bulan dirawat di ICU, tiga bulan dirawat di HCU, dan dua minggu di ruang rawat inap biasa. Narsum pulang kerumah dalam kondisi lumpuh, selama satu tahun tidak dapat bergerak. Setelah perawatan satu tahun di rumah, sedikit-demi sedikit mulai bisa menggerakkan tangan. Enam bulan kemudian tangan kiri mulai berhasil menyentuh wajah, lalu disusul dengan tangan kanan yang mulai dapat digerakkan. Jari-jari tangan masih kaku, belum dapat menggenggam sesuatu. Selama satu setengah tahun Narsum terbaring di kasur dan tidak bersentuhan dengan dunia luar sama sekali bahkan mengisolir diri.
Sebuah titik balik tercipta dari ketidaksengajaan yang Allah izinkan.
Suatu hari Handphone istri Narsum tertinggal, dengan bantuan asisten rumah
tangganya, Narsum mulai membuka kunci handphone istrinya itu, BERHASIL.
Sepulang istrinya dari sekolah, Narsum meminta istrinya untuk membelikan
handphone dan simcard baru. Alhamdulillah dengan adanya handphone di sisinya
saat itu, Narsum merasa hidup kemballi. Beliau mulai mengakses Facebooknya.
Facebook adalah wadah yang Narsum gunakan untuk menuliskan kisahnya. Kondisi
saat itu Narsum masih belum bisa menggenggam handphonenya. Beliau menggunakan
jari tengahnya, jari terpanjangnya untuk memencet huruf-huruf yang ada di
handphonenya.
Tulisan Narsum di facebook mendapatkan banyak tanggapan, simpati, dan do'a,
serta semangat dari pembacanya. Hal ini mendatangkan ide, yaitu ingin
menuliskan sesuatu yang bermafaat bagi teman facebooknya. Beliau mulai
menuliskan semua hal yang beliau lihat, dengar dan rasa. Tulisannya juga berupa
motivasi hidup dan penyakit GBS yang deritanya. Di segala waktu ia gunakan
untuk menulis. Saat menunggu berobat ke dokter, saat menunggu terapi, saat
tiduran di rumah juga digunakannya untuk menulis.
Situasi Kondisi dikala sakit Dokumentasi Suharto, M.Pd
Kegiatan menulis ini menjadi pengalih rasa sakit Narsum. Ternyata
mengetik dihandphone merupakan bagian dari terapi saraf motorik tangannya.
Semangat sehat juga menajdai motivasi sehingga berangsur-angsur kesehatan Narsum
membaik. Di awal Narsum menulis sambil tiduran berangsur-angsur Narsum dapat
duduk dan menulis ia lakukan di kursi rodanya.
Pada suatu hari Omjay menghubungi Narsum untuk ikut pelatihan menulis.
Dengan keterbatasan kesehatan, dimana leher Narsum masih menggunakan alat
trakeastomi dan hidung masih menggunakan NGT, beliau menjawab tantangan dari Om
Jay. Jika tubunya sedang enakan beliau ikut pelatihan, jika sedang kurang sehat
beliau izin tidak mengikuti pelatihan, tetapi tetap merekam materi pelatihan
untuk dibuatkan resumenya saat tubuhnya enakan.
Kalimat ajaib Om Jay "menuliskah setiap hari dan lihatlah apa yang
akan terjadi" memang mujarab dirasakan oleh Narsum. Semangat mengikuti
pelatihan menulis ini, beliau coba tularkan kepada orang-orang di sekitarnya.
Beberapa teman-temannya mengikuti pelatihan menulis ini bahkan muridnya pun
juga ada yang bergabung dan bersama-sama mereka melahirkan karya-karya tulisan
berupa buku. Bahagia yang Narsum rasa adalah ketika banyak orang yang
termotivasi dari dirinya. Padahal Narsum sendiri merasa sangat lemah dengan
kondisinya yang sakit ini.
Apakah proses menulis ini mudah bagi Narsum ? Tentu saja tidak, dengan
situasi dan kondisi fisik yang lumpuh pastilah semua terasa sulit. Namun
semangat Narsum yang juga didukung oleh keluarganya menjadi alasan terbesarnya
untuk terus berjuang. Memegang buku untuk dibaca bukan perkara mudah bagi Narsum
saat itu. Saat kondisi tubuhnya membaik, ia juga belajar untuk mengoperasikan
laptopnya. Pada awal Narsum mengoperasikan laptopnya, sudah pasti beliau kesulitan,
namun bukan Narsum namanya jika menyerah. Laptop itu Narsum gunakan untuk
mengumpulkan hasil tulisannya di blog dan facebook yang akan ia bukukan. Usaha Narsum
tidak hanya selesai dengan menyatukan tulisannya saja, tetapi beliau juga
belajar mempertajam tulisannya kepada Pak Akbar Zaenudin (penulis buku man
jadda wajadda). Sehingga lahirlah buku motivasi yang berjudul GBS menyerangku
(2020).
Pengalaman Narsum menulis dalam kondisi sakitnya ini mendapatkan banyak
tanggapan dari orang-orang di sekitarnya. Mulai dari apresiasi, salam semangat,
menjadi narasumber di beberapa pelatihan hingga kunjungan dari para youtuber
untuk berjumpa dan berbagi pengalaman pada kanal youtube mereka. Berikut link
youtube jika ada yang ingin melihat wawancara Narsum silahkan berkunjung dengan mengklik link :
👉 https://youtu.be/qhzk01Z7y4w
👉 https://youtu.be/tVSJLPutgtU
👉 https://youtu.be/fjpPK_w0Bew dan
👉 https://youtu.be/uye6FLj30GU
Saat ini kondisi Narsum sudah berangsur membaik. Narsum ingin melatih
suaranya yang saat ini masih kurang terdengar dengan jelas. Hal ini Narsum
lakukan agar semakin optimal saat nanti ditawarkan menjadi pembicara saat
mengisi pelatihan. Narsum terus mengembangkan penulisannya, dengan melatih
penulisan puisi, pantun, dan cara membuat cover buku. Narsum masih akan
berlatih cara membuat layout buku hingga belajar cara menjadi penerbit, dengan
harapan ingin menjadi penerbit mayor. Kita doakan cita-cita Narsum ini terwujud
ya para pembaca Tulisan Mulyanita.
Sebagai Closing Statement Narsum menitipkan kata “Menulis itu sebuah
keterampilan, tak ubahnya seperti keterampilan pada umumnya. Agar menjadi
terampil dibutuhkan latihan terus-menerus. Begitu juga dengan menulis “.
Resume singkat ini cukup menggugah hati dan perasaan penulis, dan Yakini
bahwa situasi dan kondisi tubuh tidak akan mempengaruhi semangat untuk menulis
dan terus berkarya.
Semoga kita semua terinspirasi untuk terus berbuat dan lihat hasilnya
setelah apa yang kita perbuat.
Wassalaamu ‘Alaikum
Warahmatullahii Wabarakaatuh
Salam Blogger
Salam Literasi
Arham, S.Pi.,Gr
0 Komentar