Assalaamu ‘Alaikum Warahmatullahii
Wabarakaatuh
Salam Literasi
Syukur Alhamdulillah penulis masih diberikan
kesehatan dan kesempatan untuk mengikuti dan membuat resume sederhana ini. Begitu
santun dan ramahnya seorang moderator mengawali pelatihan ini dengan salam dan
do’a. Kembali Dail Ma’ruf, M.Pd membersamai pertemuan ke 5 ini dan menghadirkan
narasumber Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H dengan menampilkan tema materi
"Menulis
Semudah Ceplok Telur".
Tema kali ini begitu sulit untuk dipercaya,
penulis menghayati begitu mudahnya sampai-sampai di propagandakan semudah
membalikkan telapak tangan untuk menulis dan membuat suatu karya ilmia bahkan
menerbitkan buku. Menulis Semudah Ceplok Telur ? Ini menjadi sebuah tantangan bagi penulis Karena anggapan ini masih jauh dari rasionalisasi. Hal ini kita selalu beranggapan menulis adalah kegiatan yang memerlukan waktu cukup dan butuh ke fokusan serta perlu adanya persiapan dan dengan materi yang lengkap barulah saya
dapat menulis. Setiap penulis harus
memiliki keunikan masing-masing hal ini jugadan akan menjadi home work bagi peserta.
Menjadi penulis itu ibarat kisah sebatang pensil yang dikisahkan Paulo Coelho.
1.)
Pensil digerakkan
oleh tangan manusia;
mulailah dengan berdoa sebelum menulis, sebab
ada tangan Tuhan yang selalu membimbing ketika kita menulis. Tulisan yang
diawali do’a akan menghasilkan ilmu yang bersumber dari hati yang suci dan
bersih dan akan diterima oleh hati yang bersih pula.
2.)
Ketika pensil
tumpul kita perlu meruncingnya,
Dalam menulis kita akan banyak menjumpai kesulitan, penderitaan dan kesusahan. Kita perlu menajamkan pikiran. Ketika tumpul, pensil harus kita raut dahulu, jika pikiran kita buntu tidak ada ide, maka beristirahatlah dan tutuplah laptop.
3.)
Ada penghapus yang
siap memperbaiki tulisan yang salah
Dalam hidup jika melakukan kesalahan tentu
ada jalan untuk betaubat. Begitu pula dalam menulis, kalau ada salah tentu kita
masih bisa memperbaikinya.
4.)
Pensil yang
digunakan untuk menulis bagian dalamnya.
Manusia dilihat dari dalam hatinya, begitu
pula dengan pensil, yang tajam untuk menulis adalah bagian dalamnya. Dalam
menulis gunakan hati untuk menggerakkan tangan kita, jika menulis dari hati,
maka akan diterima oleh pembacanya dari hati pula.
5.)
Setiap tulisan
kita akan berdampak
Belajar dari pensil akan selalu meninggalkan
goresan, tinggalkan jejak dalam setiap tulisan kita dengan yang baik dan
memberikan inspiratif kepada setiap pembacanya.
Menulis pakai hati sehingga sampai kepada
pembaca ungkapan hati kita, karena dengan hati yang bersih pikiran kita juga
akan bersih dan menghasilkan karya-karya indah yang bisa dinikmati pembaca
dengan senang hati. " Menulis adalah berteriak pada dunia tanpa
suara". Dengan membiasakan menulis kita dapat menyampaikan ungkapan rasa,
isi hati, perasaan yang tak dapat kita ungkapkan dengan kata-kata. Dapat berupa
cerpen, pantun, puisi bahkan artikel yang memberikan informasi kepada
pembacanya.
Semoga resume ini menginspirasi dan memotivasi kita bahwa menulisa ternyata semudah ceplok telur.
Assalaamu ‘Alaikum Warahmatullahii Wabarakaatuh
Salam Literasi
Arham, S.Pi.,Gr
Donggala Sulawesi Tengah
0 Komentar